Portofolio adalah istilah yang sangat populer di telinga kita di bidang keuangan dan investasi. Tapi banyak juga yang belum mengetahui arti dari portofolio itu sendiri. Definisi portofolio dalam yang berhubungan dengan investasi dan keuangan adalah seseorang yang memiliki instrumen investasi lebih dari satu instrumen. Disini pemilik dana minimal mempunyai dua instrumen investasi. Misalnya, deposito dengan dua jenis jatuh tempo atau deposito yang dimiliki dengan penerbit deposito (dua bank penerbit) atau investasi saham dan deposito, investasi deposito dan obligasi dan lain sebagainya.
Dari definisi diatas timbul pertanyaan, diantaranya adalah:
- Bagaimana menyusun portofolio yang bagus?
- Apa tujuan membangun portofolio?
- Bagaimana memperbaiki portofolio yang sudah turun banyak?
Bagaimana Menyusun Portofolio Yang Bagus?
Jika pemilik dana memiliki dua rekening giro di satu bank atau dua rekening giro di dua bank berbeda, atau memiliki properti berbeda jenis, atau beragam saham, maka disebut portofolio didalam instrumen itu sendiri. Namun, pemilik dana bisa juga memiliki portofolio antara deposito dan obligasi, atau deposito dan saham, atau obligasi dan saham, atau deposito dan properti, atau obligasi dan properti, yang dikenal dengan portofolio antar instrumen.Jadi, di dalam konsep portofolio, kepemilikan dua instrumen investasi bisa terjadi hanya di dalam instrumen portofolio atau antar instrumen portofolio. Pemilik dana bisa juga memiliki portofolio hanya di deposito yang dipisahkan oleh jangka waktu deposito atau deposito pada bank berbeda, termasuk berbeda jangka waktu.
Pemilik dana juga bisa membuat portofolio pada reksa dana dengan berbagai jenis reksa dana sehingga memiliki berbagai reksa dana. Padahal reksa dana sudah merupakan sebuah portofolio.
Pemilik dana yang memiliki portofolio dalam properti, maka portofolio harus disesuaikan dengan jenis dan lokasinya, misalnya investor memiliki ruko di perkotaan dan gudang di pelabuhan. Rumah di perkotaan dan resor di pegunungan atau di pinggir pantai.
Dalam portofolio properti selalu dipikirkan jenis properti dan lokasi yang sesuai atau sering disebut dengan properti yang letaknya strategis. Tidak mungkin mendirikan gudang di pegunungan dan ruko di pinggir pantai. Pemilik dana juga harus pintar dalam memilih portofolio agar tidak salah dalam investasinya. Pemilik dana juga bisa membuat portofolio saham dengan satu jenis saham, misalnya hanya saham perbankan. Disarankan, pemilik dana membuat portofolio dengan berbagai jenis saham, misalnya saham perbankan, saham properti, dan sebagainya.
Apakah Tujuan Membangun Portofolio?
Tujuan membangun portofolio adalah untuk diversifikasi resiko atau dengan istilah lain penyebaran resiko. Penyebaran resiko adalah apabila satu instrumen yang dimiliki tidak mempunyai prospek atau tidak memberikan tingkat pengembalian, maka masih ada instrumen lainnya yang pemilik modal miliki yang masih memberikan tingkat pengembalian.
Untuk itu, pemilik dana harus bisa memperkirakan keuntungan instrumen itu sebelum melakukan investasi. Kepemilikan banyak instrumen juga berarti memperkecil resiko, seperti misalnya resiko dari portofolio dua saham akan lebih besar dari resiko portofolio tiga saham dan seterusnya.
Menurut penelitian Evan dan Archer (1968) menyatakan memiliki sembilan saham dalam portofolio sudah memberikan penurunan resiko yang tajam dibandingkan dengan memiliki satu saham saja. Untuk kasus di Indonesia, penelitian yang dilakukan Manurung tahun 1996 menyatakan mendukung peneliatian Evan dan Archer, akan tetapi ditemukan, jumlah saham dalam portofolio maksimum 30 saham, dan jika ditambah terus, tidak berarti adanya penurunan resiko atas penambahan tersebut. Hasil penelitian Manurung ini bahkan memberikan rekomendasi kepada manajer investasi agar saham dalam portofolionya tidak boleh lebih dari 30 saham agar efisien. Jika manajer investasi ingin menambah portofolio, maka harus menambah analis dalam rangka menganalisa portofolio yang akan dibangun.
Bagaimana Memperbaiki Portofolio Yang Sudah Turun Banyak?
Selain diversifikasi, alokasi aset sangat penting dalam membangun portofolio. Dalam membangun portofolio, investor sangat menyukasi resiko yang lebih kecil. Untuk mendapatkan resiko yang kecil, investor harus membentuk portofolio dengan berbagai instrumen investasi dengan korelasi negatif.Korelasi negatif adalah adanya penurunan harga pada satu instrumen dan terjadi kenaikan harga pada instrumen lainnya atau sebaliknya. Contoh portofolio dengan korelasi negatif ini adalah antara saham properti dan perbankan. Apabila tingkat bunga dinaikkan pemerintah, harga saham perbankan akan mengalami kenaikan karena kenaikan suku bunga akan menaikkan profit perbankan. Di sisi lain, kenaikan tingkat suku bunga akan membuat profit perusahaan properti turun karena terjadi pembayaran bunga yang cukup besar dari sebelumnya. Profit perusahaan properti yang turun akan membuat harga sahamnya juga turun sehingga dari contoh ini korelasi harga saham properti dan perbankan adalah berkorelasi negatif. Bagaimanapun teori ini bisa saja berbeda dengan hasil di lapangan sesuai dengan perkembangan waktu yang sangat dinamis.
Jika pemilik dana memiliki dana dan mengalami penurunan cukup besar, pemilik dana harus mengubah strategi agar dana bisa kembali. Pemilik dana lebih baik menjual saham yang tersebut, terutama saham yang kemungkinan tidak naik lagi. Pemilik dana bisa berinvestasi pada saham IPO yang bisa memberikan keuntungan sebesar minimum 10 persen sesuai dengan kebiasaan yang terjadi di Indonesia. Setiap ada IPO ikut serta melakukan investasi dan langsung dijual pada hari pertama.
Selamat berinvesatsi di portofolio Indonesia.
EmoticonEmoticon