Gaya belajar merupakan cara yang digunakan seseorang pada saat mempelajari hal-hal baru dalam kehidupannya. Dengan memanfaatkan gaya belajar yang dimiliki, anak-anak akan siap menjadi generasi platinum yang mampu menjawab segala tantangan jaman.
Generasi yang lahir di abad 21 sering disebut generasi platinum karena mereka terlahir di saat ada keterbukaan teknologi, cara berpikir, perilaku, serta ketersediaan sarana pendidikan yang jauh lebih baik dibanding generasi-generasi sebelumnya. Ciri-cirinya, mereka mempunyai kemampuan dalam mengakses dan menyerap informasi sehingga memiliki kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan dirinya. Kemampuan inilah yang kelak menjadi modal untuk bertahan hidup.
Banyak yang berasumsi bahwa dengan segala fasilitas dan kemudahan yang tersedia, pastilah generasi ini lebih enak dalam menjalani hidup. Hal ini belum tentu juga karena jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, tantangan yang harus dihadapi pasti lebih besar, persaingan semakin ketat, dan tekanan yang lebih kuat. Hal ini memerlukan persiapan dan strategi untuk menghadapinya. Mereka harus mampu berkompetisi secara global dalam era dunia digital. Apalagi bila melihat karakteristik generasi platinum secara umum adalah generasi yang sehat, multitalenta, pandai bersosialisasi, kreatif dan kaya imajinasi, pemberani, optimis dan penuh percaya diri, penuh motivasi, pantang putus asa, memiliki cita-cita, bernasionalisme tinggi, serta mempunyai hubungan yang erat dan hangat dengan keluarga dan lingkungannya.
Setiap Anak Itu Cerdas
Menurut Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Universitas Harvard dalam bukunya The Multiple Intelligence (1993) mengatakan bahwa indikator kecerdasan tidak hanya satu aspek saja, melainkan mencakup banyak bidang dalam kehidupan sehari-hari. Arti kecerdasan itu sendiri adalah keseluruhan kapasitas atau kemampuan untuk belajar, memahami lingkungan dan memecahkan masalah. Kecerdasan yang mencakup banyak bidang dalam kehidupan sehari-hari diistilahkan sebagai multiple intelligence atau kecerdasan majemuk. Sampai saat ini penelitiannya masih terus dilakukan untuk menemukan lebih banyak hal tentang bagaimana manusia itu belajar.Secara singkat, Gardner membagi kecerdasan itu menjadi kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan gambar dan ruang, kecerdasan bahasa, kecerdasan logika dan angka, kecerdasan dalam musik, kecerdasan intra pribadi, kecerdasan antar pribadi, kecerdasan memahami alam, serta kecerdasan moral. Luasnya spektrum kecerdasan bisa disimpulkan bahwa tiap anak pada dasarnya cerdas.
Kecerdasan ini juga terkait dengan talenta atau bakat. Dari satu kecerdasan yang menonjol bisa saja lahir beberapa talenta yang lebih spesifik. Misalnya anak dengan kecerdasan musikal, bisa jadi dia memiliki talenta menyanyi atau bermain musik. Dengan demikian, kecerdasan perlu diasah dengan tepat, agar hasilnya optimal.
Bagaimana caranya? Dengan menstimulasi potensi itu secara terus menerus sejak dini. Stimulasi sebaiknya tidak dibatasi pada salah satu aspek kecerdasan yang ada, melainkan pada semua aspek kecerdasan. Meskipun pada salah satu aspek kecerdasan itu menonjol, anak tidak akan rugi bila distimulasi beragam aspek kecerdasan yang lain karena bisa jadi sebenarnya ada lebih dari satu talenta yang dimiliki anak.
Stimulasi Melalui Gaya Belajar
Stimulasi kecerdasan akan berjalan dengan optimal bila memanfaatkan gaya belajar yang dimiliki anak tersebut. Gaya belajar adalah cara individu untuk menyerap informasi. Dr. Lauren Bradway (1993) menyebutkan bahwa ada tiga macam gaya belajar yaitu:
1. Looker (Visual)
Gaya belajar ini mengandalkan kemampuan indera penglihatan. Anak-anak dengan gaya belajar looker/visual mudah mengingat sesuatu yang pernah dilihat, seperti gerakan, warna, bentuk dan ukuran, gemar mengobservasi lingkungan serta memiliki koordinasi mata-tangan (motorik halus) yang baik.
2. Listener (Auditory)
Gaya belajar ini mengandalkan kemampuan indera pendengaran. Anak-anak dengan gaya belajar listener/Auditory senang menirukan suara dan mudah mengingat suara yang didengar serta cenderung banyak bicara.
3. Mover (Kinesthetic)
Gaya belajar ini mengandalkan kemampuan indera peraba. Anak-anak dengan gaya belajar ini mover/kinesthetic suka dengan kegiatan motorik kasar, ingin menyentuh semua benda yang dilihatnya, serta lebih cepat berjalan ketimbang bicara.
Setiap anak memiliki ketiga gaya belajar tersebut, tetapi biasanya ada yang lebih dominan digunakan. Penting bagi orang tua untuk mengetahui gaya belajar anaknya karena dengan mengetahuinya, maka orang tua tidak akan memaksakan anak belajar dengan gaya yang tidak sesuai. Misalnya, anak mempunyai gaya belajar mover/kinesthetic, tetapi orang tua meminta anak duduk manis sambil membaca buku seperti anak dengan gaya belajar visual. Akibatnya anak akan merasa jenuh dan hasilnya tidak optimal.
Sebaliknya, bila orang tua telah paham dengan gaya belajar anak, orang tua bisa memahami karakter anak sekaligus membuat anak jadi suka belajar. Dari sisi anak itu sendiri, semakin dia mengenal gaya belajar yang dimiliki, anak-anak dapat menerapkan cara belajar yang baik untuk memaksimalkan kemampuannya sehingga siap menjadi generasi platinum yang mampu menjawab segala tantangan jaman.
EmoticonEmoticon